Thursday, November 5, 2015

MENGENAL CIRI-CIRI ANAK LUAR BIASA DAN KARAKTERISTIK ANAK SD






MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Problematika Pembelajaran SD
Yang dibina oleh Drs. Suhel Madyono, M.Pd





Oleh Kelompok 1 Offering K3 :
  1. Dwi Prasetyono                                 (130151614031/9)
  2. Muhammad Muhtar Asngari             (130151613978/24)
  3. Retno Setyana                                    (130151612093/27)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
ABK merupakan anak luar biasa yang diciptkan oleh sang maha pencipta dengan keluarbiasaannya. Pengertian dari ABK itu sendiri adalah anak berkebutuhan khusus (Heward) dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Dalam dunia pendidikan tidak boleh ada pengkotak-kotakan anak dalam menuntut pendidikan. Semua anak berhak menuntut ilmu agar dirinya menjadi insan yang mulia. Namun dalam proses pembelajaraan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Anak anak yang terlahir secara normal saja masih mengalami masalah dalam proses belajarnya, apalagi anak yang berkebutuhan khusus tentunya akan lebih sulit.
Kesulitan-kesulitan dalam belajar sebenarnya dapat ditangani dengan cara mengenali dan menganalisis bagaimana karakteristik masing-masing anak. Dengan mengetahui karakteristik anak baik anak yang normal maupun yang berkebutuhan kusus maka diharapkan proses belajar mengajar akan mudah dilakukan dan tujuan pembelajaran tercapai.
Maka dalam makalah ini akan membahas dan memaparkan mengenai ciri-ciri anak SD dan karakteristik anak luar biasa atau ABK agar menambah pengetahuan pembacanya.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.2.1        Bagaimana ciri-ciri anak luar biasa?
1.2.2        Bagaimana karakteristik anak SD?

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dirumuskan tujuan sebagai berikut:
1.3.1        Menjelaskan ciri-ciri anak luar biasa.
1.3.2        Menjelaskan karakteristik anak SD.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mengenal Ciri-Ciri Anak Luar Biasa
Usia sekolah dasar merupakan saat yang tepat untuk membentuk karakter dan pribadi anak. Namun adakalanya perkembangan anak tidak sesuai dengan usia yang seharusnya. Anak yang mengalami penyimpangan ini disebut anak berkebutuhan khusus. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada awalnya lebih dikenal dengan istilah anak cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa. Menurut Kirk & Galleger dalam Iriyanto (2010 : 1) anak luar biasa adalah anak yang menyimpang dari kriteria normal secara signifikan baik dari aspek fisik, psikis, emosi dan sosial sehingga untuk mengembangkan potensinya diperlukan adanya layanan pendidikan khusus.
ABK memiliki spectrum atau jangkauan yang luas yang tidak hanya terbatas pada anak-anak cacat. Yang termasuk ABK antara lain: tuna netra, tunarunguwicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, autisme, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. Ketunaan pada anak dapat disebabkan pada saat sebelum lahir, dalam proses persalinan, atau bahkan sesudah lahir.
Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing atau bersekolah di sekolah inklusi. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarunguwicara, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk tuna ganda. Sedang anak-anak berkebutuhan yang lain seperti hiperaktif, kesulitan belajar, anak berbakat, indigo masih dapat sekolah pada sekolah pada tempatnya.
          Sebelum anak-anak berkebutuhan khusus sekolah di SLB, anak  dipemeriksa oleh tim yang terdiri dari psikolog, dokter anak, dan dokter rehab medik. Pemeriksaan awal ini dibutuhkan untuk mengetahui hambatan yang ada pada ABK. Dengan demikian maka akan dapat diketahui kegiatan tindak lanjut seperti menentukan anak yang memiliki kebutuhan khusus, perujukan anak oleh guru ke tenaga profesional lain untuk membantu mengatasi masalah anak yang bersangkutan apabila guru tidak sanggup, perencanaan pembelajaran, dan pemantauan kemajuan belajar.
Anak berkebutuhan khusus antara lain sebagai berikut:
2.1.1  Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan (Anonim, tanpa tahun) adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60. Karena tunanetra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.
Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat tactual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. Sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder. Adapun ciri-ciri anak yang mengalami tuna netra adalah sebagi berikut:
·      Tidak mampu melihat
·      Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
·      Kerusakan nyata pada kedua bola mata
·      Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan
·      Mengalami kesulitan mengambil benda kecil didekatnya
·      Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering
·      Pandangan hebat pada kedua bola mata
·      Mata yang bergoyang terus

2.1.2  Tuna Rungu
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak. Ciri-ciri anak tunarungu adalah sebagai berikut:
·      Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar.
·      Banyak perhatian terhadap getaran.
·       Terlambat dalam perkembangan bahasa.
·      Tidak ada reaksi terhadap bunyi atau suara.
·      Terlambat perkembangan bahasa.
·      Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi.
·      Kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara.
·      Ucapan kata tidak jelas, kualitas suara aneh/monoton.

2.1.3  Tuna Grahita
Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental-intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Mereka memerlukan layanan pendidikam khusus. Ketunagrahitaan mengacu pada intelektual umum  yang secara signifikan berada di bawah rata-rata. Para tunagrahita mengalami hambatan dalam tingkah laku dan penyesuaian diri. Semua itu berlangsung atau terjadi pada masa perkembangannya. Seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga indikator, yaitu:
·      Keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata
·      Ketidakmampuan dalam perilaku sosial (sulit beradaptasi)
·      Hambatan perilaku sosial terjadi pada usia perkembangan yaitu sampai dengan  usia 18 tahun. Tingkat kecerdasan seseorang diukur melalui tes inteligensi yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quotient).
Tingkat kecerdasan biasa dikelompokkan ke dalam tingkatan sebagai berikut:
·      Tunagrahita ringan  memiliki IQ 70-55
·      Tunagrahita sedang  memiliki IQ 55-40
·      Tunagrahita berat  memiliki IQ 40-25
·      Tunagrahita berat sekali  memiliki IQ <25
Anak tunagrahita memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda dengan anak normal lainnya yang dapat diamati. Berikut ciri-ciri fisik dan penampilan anak tungrahita:
·      Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar.
·      Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia.
·      Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan.
·      Kordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali).
·      Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).

2.1.4  Tuna Daksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik. Berikut ciri-ciri anak tuna daksa:
·      Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh.
·      Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna,tidak lentur/tidak terkendali).
·      Terdapat bagian angggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasanya.
·      Terdapat cacat pada alat gerak.
·      Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.
·      Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal.
·      Hiperaktif/tidak dapat tenang.

2.1.5  Tuna Laras
Tuna laras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan. Ciri-ciri anak tuna laras adalah sebagai berikut:
·      Cenderung membangkang
·      Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
·      Sering melakukan tindakan agresif,merusak,mengganggu
·      Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum

2.1.6  Kesulitan belajar
Kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. Individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang serta keterlambatan perkembangan konsep. Ciri-ciri anak berkesulitan belajar:
·      Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia):
-     Perkembangan kemampuan membaca terlambat
-     Kemampuan memahami isi bacaan rendah
-     Sering terjadi kesalahan saat membaca
·      Anak yang Mengalami Kesulitan Menulis (disgrafia)
-     Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai
-     Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya
-     Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca
-     Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang
-     Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris
· Anak yang Mengalami Kesulitan Berhitung (diskalkulia)
-     Sulit membedakan tanda-tanda:+,-,x, >, <,=
-     Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan
-     Sering salah membilang dengan urut
-     Sering salah membedakan angka 9 dengan 6, 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dsb.
-     Sulit membedakan bangun-bangun geometri
 
 2.1.7  Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa
Anak berbakat atau anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreatifitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) diatas anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berbakat sering juga disebut sebagai “gifted & talented”. Ciri-Ciri anak cerdas istimewa dan bakat istimewa adalah:
·      Membaca pada usia lebih muda
·      Membaca lebih cepat dan lebih banyak
·      Memiliki perbendaharaan kata yang luas
·      Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
·      Mempunyai  minat yang luas, muga terhadap masalah orang dewasa
·      Mempunyai inisiatif dan dapat bekerja sendiri
·      Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
·      Memberi jawaban-jawaban yang baik
·      Dapat memberikan banyak gagasan
·      Luwes dalam berfikir
·      Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
·      Mempunyai pengamatan yang tajam
·      Dapat berkonsentrasi dalam jangka waktu panjang terutama terhadap tugas dan bidang yang diminati
·      Berfikir kritis juga terhadap diri sendiri
·      Senang mencoba hal-hal yang baru
·      Mempunyai daya abtraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
·      Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah
·      Cepat menangkap hubungan sebab akibat
·      Berperilaku terarah pada tujuan
·      Mempunyai daya imajinasi yang kuat
·      Mempunyai banyak kegemaran (hobi)
·      Mempunyai daya ingat yang kuat
·      Tidak cepat puas dengan prestasinya
·      Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi)
·      Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan

2.1.8 Autisme
Autis dari kata auto, yang berarti sendiri, dengan  demikian  dapat diartikan  seorang anak yang hidup dalam dunianya. Kondisi anak autis sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Menurut Baron Cohen (dalam Anonim, tanpa tahun) akibat dari kondisi tersebut anak akan terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. Menurut Power (dalam Anonim, tanpa tahun) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya gangguan dalam bidang:
·      Interaksi sosial
·      Komunikasi (bahasa dan bicara)
·      Perilaku-emosi
·      Pola bermain
·      Gangguan sensorik dan motorik
Ciri-Ciri anak autis antara lain:
·      Suka menirukan suara atau instruksi
·      Bicara sendiri dengan kata-kata yang aneh.
·      Menghindari kontak mata.
·      Senang membariskan benda-benda.
·      Senang tiduran di lantai.
·      Senang mengibas-ibaskan tangan.
·      Suka merusak.
·      Sering memutar atau menggelengkan kepala.
·      Mengalami hambatan di dalam bahasa. 
·      Kesulitan dalam mengenal dan merespon emosi dengan  isyarat sosial.
·      Kekakuan dan miskin dalam mengekspresikan perasaan.
·      Kurang memiliki perasaan dan empati.
·      Sering berperilaku diluar kontrol dan meledak-ledak.
·      Secara menyeluruh mengalami masalah dalam perilaku.
·      Kurang memahami akan keberadaan dirinya sendiri.
·      Keterbatasan dalam mengekspresikan diri.
·      Berperilaku monoton dan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan .

 2.1.9 Hiperaktif
Hiperaktivitas merupakan aktivitas motorik yang tinggi dengan ciri-ciri aktivitas selalu berganti, tidak mempunyai tujuan tertentu, berulang dan tidak bermanfaat menurut Hallahan dan Kauffman (dalam Aprilita dkk, 2014). Anak hiperaktif lebih banyak mengalami gerakan mata diluar tugasnya, sehingga gerakan menoleh lebih banyak jika dibandingkan anak yang lain. Gejala tersebut akan berkurang sesuai dengan bertambahnya usia dan sebagian akan menghilang pada waktu masa remaja. berikut adalah karakteristik anak yang hipertivitas:
·      Anak-anak hiperaktif cenderung tidak menyelesaikan pekerjaannya.
·      Mereka cepat sekali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya.
·      Perhatiannya gampang teralihkan, tidak dapat menahan frustasi, kurang dapat mengontrol diri.
·      Suasana hatinya amat labil, sebentar gembira sebentar marah.
·      Duduk tak tenang, bergoyang-goyang, atau merosot hingga terjatuh dari tempat duduk.
·      Tidak kenal lelah seolah energinya bersumber dari mesin.
·      Mulutnya tak pernah diam, selalu saja berkicau (berbicara terus-menerus).

 2.1.10 ADHD
                ADHD(Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Ciri-ciri anak ADHD adalah:
·      Seringkali gagal untuk memperhatikan detail atau melakukan kesalahan yang tidak semestinya dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah atau tugas lainnya
·      Kerapkali mengalami kesulitan untuk mempertahankan perhatiannya dalam tugas-tugas yang sedang dikerjakannya atau saat bermain
·      Seringkali terlihat seperti tidak mendengarkan saat diajak berbicara oleh orang lain
·      Seringkali tidak mengikuti petunjuk yang diberikan dan gagal untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah atau tugas lainnya di tempat kerja
·      Seringkali mengalami kesulitan untuk mengorganisir tugas atau kegiatannya
·      Seringkali menghindar, menolak, atau enggan untuk terlibat dalam tugas-tugas yang membutuhkan mental effort (tugas yang menuntut anak untuk berpikir), seperti tugas sekolah, PR
·      Sering kehilangan benda-benda yang diperlukan untuk membuat tugas atau bermain, seperti alat tulis, buku kerja, mainan,dll
·      Perhatiannya mudah teralih oleh stimulus di lingkungan

 2.1.11 Indigo
Indigo adalah manusia yang sejak lahir mempunyai kelebihan khusus yang tidak dimiliki manusia pada umumnya.
 Macam Indigo :
·      Indigo Humanis, anak yang akan bekerja dengan orang banyak mereka adalah dokter, pengacara, guru, ahli pemasaran di masa depan bergaul secara luas sangat aktif sering terbentur karena tidak punya rem.
·      Indigo artis, indigo yang sangat sensitif, perawakan kecil berminat pada seni. Meski menjadi dokter mereka akhirnya menjadi ahli bedah atau peneliti. Pada umur 5 – 10 tahun mereka telah menguasai 15 jenis seni yang berbeda. Jika tertarik ke musik mereka bisa menguasai lebih 4 jenis alat musik sekaligus
·      Indigo interdimensional, indigo yang paling sakti. Pada umur 2 tahun mereka sudah bisa diajak bicara banyak hal. Pada umur itu mereka sudah bisa bilang “ Saya sudah tahu hal itu “, atau “ Saya bisa atasi itu”, atau “Biarkan saja saya sendiri”.
·      Indigo konseptual, lebih banyak menggarap proyek dibanding orang lain. Mereka adalah arsitek, ahli mesin, perancang, astronot di masa mendatang. Fisik mereka terlihat sangat atletis dan punya kemampuan mengendalikan orang. Yang menjadi sasaran biasanya ibunya.
Ciri-ciri anak indigo:
·       Mempunyai kesadaran diri yang tinggi, terhubung dengan sumber (Tuhan).
·      Tidak nyaman dengan disiplin dan cara yang otoriter tanpa alasan yang jelas.
·      Menolak mengikuti aturan atau petunjuk
·      Tidak sabaran dan tidak suka bila harus menunggu.
·      Frustasi dengan sistem yang sifatnya ritual dan tidak kreatif.
·      Mereka punya cara yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah.
·      Sebagian besar adalah orang yang menimbulkan rasa tidak nyaman.
·      Tidak bisa menerima hukuman yang tanpa alasan selalu ingin alasan yang jelas.
·      Mudah bosan dengan tugas yang diberikan.
·      Kreatif
·      Mudah teralihkan perhatiannya, bisa mengerjakan banyak hal bersamaan.
·      Menunjukkan intuisi yang kuat.
·      Punya empati yang kuat terhadap sesama atau tidak punya empati sama sekali.
·      Sangat berbakat dan pintar (CIBI).
·      Saat kecil sering di identifikasi ADHD (susah berkonsentrasi).
·      Mempunyai visi dan cita-cita yang kuat.
·      Pandangan mata mereka terlihat bijaksana dan mendalam.
·      Mempunyai kesadaran spiritual atau mempunyai kemampuan psikis.
·      Berada di dunia untuk merubah dunia, untuk membantu kita hidup harmonis.


2.2 Karakteristik Anak SD
Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif,  bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.
Menurut Erikson (dalam Surya, 2010) perkembangan psikososial pada usia enam sampai pubertas, anak mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan tekhnologi masyarakat, di samping itu proses belajar mereka tidak hanya terjadi di sekolah.
            Sedang menurut Thornburg (dalam Surya, 2010) anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Anak kelas empat, memilki kemampuan tenggang rasa dan kerja sama yang lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka yang menampakan tingkah laku mendekati tingkah laku anak remaja permulaan.


 2.2.1 Karakteristik Perkembangan Kognitif
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang intelektual  menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif.
Dilihat dari aspek perkembangan kognitif, menurut Piaget masa ini berada pada tahap operasi konkret yang ditandai dengan kemampuan:
a)    Mengklasifikasikan  benda-benda berdasarkan ciri yang sama.
b)   Menyusun atau mengasosiasikan angka-angka atau bilangan
c)    Memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana
 Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan konservasi.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kepada anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan seperti membaca,menulis,dan berhitung.

2.2.2 Karakteristik Perkembangan Moral
Anak ( usia 6 sampai 9 tahun) menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap ini kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja.
Anak (usia 9 – 12 tahun), mulai memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Anak mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan  dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden rule.

2.2.3 Karakteristik Perkembangan Emosi
Pada usia sekolah (khususnya dikelas-kelas tinggi, kelas 4,5,6) anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan.
        Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu , dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi positif seperti perasaan senang bergairah, bersemangat, atau rasa ingin tahu yang tinggi akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memerhatikan penjelasan guru, membaca buku,aktif berdiskusi, mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, dan disiplin dalam belajar.
1)   Melalui interaksi sosial, anak-anak mulai mengembangkan rasa bangga dalam prestasi dan bangga pada kemampuan mereka.
2)   Anak-anak yang didorong dan dipuji oleh orang tua dan guru akan mengembangkan perasaan kompetensi dan kepercayaan keterampilan mereka. Mereka yang menerima sedikit atau tidak ada dorongan dari orangtua, guru, akan meragukan kemampuan mereka untuk menjadi sukses.
3)   Mereka yang layak menerima dorongan dan penguatan melalui eksplorasi pribadi akan muncul dari tahap ini dengan perasaan yang kuat tentang diri dan rasa kemerdekaan dan kontrol. Mereka yang tetap yakin dengan keyakinan dan keinginan mereka akan tidak aman dan bingung tentang diri mereka sendiri dan masa depan.
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap berpusat kepada diri sendiri (egosentris) kepada sikap bekerja sama (kooperatif) atau sosiosentris (mau memerhatikan kepentingan orang lain). Anak mulai berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebaya, dan bertambah kuat keinginanya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang) dan merasa tidak senang apabila tidak diterima oleh kelompoknya.

2.2.4 Karakteristik Perkembangan Psikomotor
Fase atau usia sekolah dasar (7-12 tahun) ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik halus maupun kasar. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
·       Mampu melompat dan menari
·       Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
·       Dapat menghitung jari – jarinya
·       Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
·       Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
·       Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
·       Mampu membedakan besar dan kecil
·       Ketangkasan meningkat
·       Melompat tali
·       Bermain sepeda
·       Mengetahui kanan dan kiri
·       Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
·       Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar

2.2.5 Perkembangan Bahasa
Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. Pada awal masa ini, anak sudah nmenguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir anak telah dapat menguasai sekitar 5000 kata.
Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mendengar cerita yang bersifat kritis. Pada masa ini tingkat berfikir anak sudah lebih maju,dia banyak menayakan waktu dan soal-akibat.
Di sekolah,perkembangan bahasa anak ini diperkuat dengan diberikannya mata pelajaran bahasa indonesia (bahkan disekolah-sekolah tertentu diberikan bahasa inggris). Dengan diberikannya pelajaran bahasa disekolah, para siswa diharapkan dapat menguasai dan menggunakannya sebagai alat untuk:
·      Berkomunikasi secara baik dengan orang lain
·      Mengekspresikan pikiran,perasaan,sikap atau pendapatnya
·      Memahami isi dari setiap bahan bacaaan yang dibacanya.
Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa atau keterampilan berkomunikasi anak melalui tulisan, sebagai cara untuk mengekspresikan perasaan, gagasan, atau pikirannya maka sebaiknya kepada anak dilatihkan untuk membuat karangan atau tulisan tentang berbagai hal yang terkait dengan pengalaman hidupnya sendiri, atau kehidupan pada umumnya, seperti menyusun autobiografi, kehidupan keluarga, cara-cara memelihara lingkungan, cita-citaku, dan belajar untuk mencapai sukses.
Pada dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang berbeda. Namun terdapat karakteristik yang menonjol pada anak sekolah dasar, diantaranya.
·         Senang bermain
Anak cenderung untuk ingin bermain dan menghabiskan waktunya hanya untuk bermain karena anak masih polos yang dia tahu hanya bermain maka dari itu agar tidak megalami masa kecil kurang bahagia anak tidak boleh dibatasi dalam bermain.
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsure permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).
·         Senang bergerak
Anak senang bergerak maksudnya dalam masa pertumbuhan fisik dan mentalnya anak menjadi hiperaktif lonjak kesana kesini bahkan seperti merasa tidak capek mereka tidak mau diam dan duduk saja menurut pengamatan para ahli anak duduk tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, kita sebagai calon guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Mungkin dengan permaianan, olahraga dan lain sebagainya.
·         Senang bekerja dalam kelompok
Anak usia SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, mereka belajar aspekaspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi.
Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan
anggota 34 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
·         Senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung
Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsepkonsep baru dengan konsepkonsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsepkonsep tentang angka, ruang, waktu, fungsifungsi badan, peran jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angina, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.
·         Anak cengeng
Pada umur anak SD, anak masih cengeng dan manja. Mereka selalu ingin
diperhatikan dan dituruti semua keinginannya mereka masih belum mandiri dan harus selalu dibimbing. Dengan demikian guru hendaknya membuat metode
pembelajaran tutorial atau metode bimbingan agar kita dapat selalu membimbing dan mengarahkan anak, membentuk mental anak agar tidak cengeng.
·         Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
Pada pendidikan dasar yaitu SD, anak susah dalam memahami apa yang diberikan guru, disini guru harus dapat membuat atau menggunakan metode yang tepat misalnya dengan cara metode ekperimen agar anak dapat memahami pelajaran yang diberikan dengan menemukan sendiri inti dari pelajaran yang diberikan sedangkan dengan ceramah yang dimana guru hanya berbicara didepan membuat anak malah tidak memahami isi dari apa yang dibicarakan oleh gurunya.
·         Senang diperhatikan
Di dalam suatu interaksi social anak biasanya mencari perhatian teman atau gurunya mereka senang apabila orang lain memperhatikannya, dengan berbagai cara dilakukan agar orang memperhatikannya. Di sini peran guru untuk mengarahkan perasaan anak tersebut dengan menggunakan metode tanya jawab misalnya, anak yang ingin diperhatikan akan berusaha menjawab atau bertanya dengan guru agar anak lain beserta guru memperhatikannya.
·         Senang meniru
Dalam kehidupan sehari hari anak mencari suatu figur yang sering dia lihat
dan dia temui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang yang ingin dia tiru tersebut. Dalam kehidupan nyata banyak anak yang terpengaruh acara televisi dan menirukan adegan yang dilakukan disitu, misalkan acara smackdown yang dulu ditayangkan sekarang sudah ditiadakan karena ada berita anak yang melakukan gerakan dalam smack down pada temannya, yang akhirnya membuat temannya terluka.
Namun sekarang acara televisi sudah dipilah-pilah utuk siapa acara itu ditonton sebagai calon guru kita hanya dapat mengarahkan orang tua agar selalu mengawasi anaknya saat dirumah. Contoh lain yang biasanya ditiru adalah seorang guru yang menjadi pusat perhatian dari anak didiknya. Kita sebagai calon guru harus menjaga tindakan, sikap, perkataan, penampilan yang bagus dan rapi agar dapat memberikan contoh yang baik untuk anak didik kita.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anak luar biasa adalah anak yang menyimpang dari kriteria normal secara signifikan baik dari aspek fisik, psikis, emosi dan sosial sehingga untuk mengembangkan potensinya diperlukan adanya layanan pendidikan khusus.  Yang termasuk ABK antara lain: tuna netra, tunarunguwicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, autisme, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. Masing-masing ketunaan memiliki karakteristik yang berbeda dalam setiap perkembangannya.
Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif,  bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.

3.2 Saran
Peran guru di sekolah dasar, sekolah luar biasa, ataupun sekolah inklusi sangat menentukan bagi perkembangan siswa. Setiap tahap perkembangan siswa berbeda satu sama lain karena perkembangan bersifat unik. Oleh karena itu guru harus memahami karakteristik siswa untuk menentukan proses pembelajaran yang sesuai sehingga tercapai hasil pembelajaran yang optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Iriyanto, Tomas. 2010. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Berbasis Inklusi
            untuk  Mahasiswa S1 PGSD. Malang: PHK S1 PGSD-A Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Malang (UM).

Anonim. Tanpa Tahun. Mengenali Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), (Online), (http://www.bpdiksus.org/v2/index.php?page=dberita&id=27.), diakses 19 Januari 2015.
Aprilita, dkk. 2014. Identifikasi Anak berkebutuhan Khusus. Blitar: KementrianPendidikan Dan Kebudayaan Universitas Negeri Malang

Surya, Evie Widya, 2010. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar, (Online), (http://evie4210.blogspot.com/), diakses tanggal 19 Januari 2015.

No comments:

Post a Comment